Sabtu, 04 Juni 2016

Tulisan ini belum ada apa-apanya. Tapi semoga bermanfaat dalam menyambut Bulan suci Ramadhan. semoga kita bisa mengefektifkan waktu yang kita miliki agar menjadi bernilai ilmu dan amal. Amin … 

tulisan ini adalah ringkasan yang saya buat sesaat setelah mendengar ceramah K.H. Aa Gym
 
Waktu akan menghakimi orang yang mengisinya. Nasib seseorang bisa dilihat dari sikapnya terhadap waktu. Oleh karena itu seseorang yang bermutu akan tampak dari bagaimana dia menyikapi waktu. 
Waktu tidak akan kembali lagi, waktu setiap orang diberi sama 24 jam dalam 1 hari. Ada yang dalam 24 jam bisa mengurus bangsa, ada yang bisa mengurus perusahaan, Tapi ada yang mengurus dirinya saja tidak sangggup. Bintang kelas dengan yang tidak bintang kelas juga sama dalam satu hari memiliki waktu 24 jam. Saya dan jokowi sama-sama memiliki waktu 24 jam dalam sehari. saya dan Rosullullah SAW juga sama memiliki waktu 24 jam dalam sehari, pertanyaannya sekarang mengapa nasib saya, kita dan mereka berbeda? 
Boleh jadi salah satu penyebabnya yaitu bagaimana cara kita kita menyikapi dan menghargai waktu. Diantara tanda tanda kebodohan adalah kegemaran menunda nunda. Selanjutnya mungkin timbul pertanyaan dalam benak kita Mengapa orang suka menunda-nunda? jawabanya karena tertipu oleh duniawi, merasa ada nilai yang lebih baik dari amal, yang kedua, karena malas, yang ketiga memang lemah tekad dan niat. 
Sekali lagi waktu akan menghakimi kita, waktu yang digunakan untuk sesuatu yang sia-sia hanya akan menjadikan kita manusia yang sia-sia, waktu yang digunakan untuk sesuatu yang tidak berharga akan menjadikan kita tidak berharga. satu yg harus dievaluasi adalah bagaimana diri kita menyikapi waktu. Semakin sering melihat jam dia semakin efektif menggunakan waktu. Karena orang selalu memperhatikan sesuatu yang penting. Semakin sering melihat jam berarti waktu dianggap penting, semakin jarang melihat jam berarti waktu belum dianggap penting Kalau sesutu yang penting tidak dianggap penting maka dia kehilangan sesuatu yang terbaik bagi dirinya. 
Semakin kita sering berhitung dengan waktu maka akan semakin bernilai waktu kita. Hasil penelitian menyebutkan bahwa orang yang tidak memiliki jam adalah orang yang sering menyia-nyiakan waktu. Karena orang yang tdk memiliki jam untuk mencari tau waktu saja dia sudah kehilangan waktu, jam berapa...jam berapa...?? kalau dia punya jam dia tidak akan kehilangan 1 detikpun untuk mengetahui waktu. 
Saya tidak berniat menyinggung siapapun namun ini adalah sarana bagai mana nasib kita kedepan. Orang sukses bukan orang yang memiliki kecepatan namun orang sukses adalah orang yang memiliki percepatan. Waktu sedikit prestasi tinggi. Nabi muhhamad SAW hanya membutuhkan waktu 23 tahun untuk kemudian mampu merubah jazirah arab. Pak habibie juga waktunya sedikit prestasinya gemilang. Orang-orang yang tidak berhasil adalah orang orang yang waktunya panjang namun prestasinya rendah. 
mengapa disebut percepatan? karena percepatan merupakan perubahan persatuan waktu sedangkan kecepatan adalah konstan. Berarti orang yang konstan adalah rugi Saya ingin mengajak saudara merenung, dan bertanya dalam hati, mengapa saya begini? kok orang lain sudah lebih maju sudah kemana-mana saya masih disini-sini saja? Teman-teman waktu sekolah dulu sudah sukses semua, saya kok masih begini-begini saja.? Mungkin jawabnya karena kita sering bermain-main dengan waktu. 
Profesi tukang cangkul “maaf” semakin waktu bertambah maka akan semakin tidak produktif dan semakin tua dan tidak akan mampu melakukan apa-apa lagi dan dapat dipastikan sudah tidak akan mampu menghasilkan apapun lagi. Karena itulah waktu yang digunakan dengan sia-sia, maka waktu itu yang akan menghakimi kita. 
Bagaimana seharusnya kita mengefektifkan waktu? Sebenarnya Efektif itu hanya terjadi kalau kita punya target dan perencanaan detail dan program mengenai kegiatan kita.Tidak ada target tidak ada perencanaan detail maka hasilnya tidak ada efektifitas. Semakin rinci dan detail perencanaan kita maka akan semakin efektif waktu yang akan kita gunakan. Kalau orang sudah memiliki jadwal bulanan mingguan, harian, maka saya kira tidak akan ada watu yang terbuang sia-sia. 
Coba anda bayangkan dikala orang lain sibuk bekerja keras berpacu luar biasa mencari ilmu untuk meraih masa depan melakakukan program dan kegiatan detail yang telah direncanakan kita malah asyik bersantai-santai dan bermalas-malasan. Kalau kita tergolong orang yang demikian maka siap siaplah kita akan dihakimi oleh waktu. 
Tugas kita adalah bagaimana mengefektifitaskan waktu yang kita miliki agar menjadi bekal ilmu. jangan pernah buang dan sia-siakan waktu sekecil apapun kecuali untuk mendapatkan ilmu dan amal. setiap waktu harus menjadi ilmu. Baca koran, buka hp, nonton tv, diskusi dan lain sebagainya harus kita usahakan bermuatan ilmu untuk menambah wawasan. Karena, dengan ilmu kita bisa mengatahui betapa dahsyatnya perang diponogoro,perang Badar, Perang dunia dan perang lainnya, dengan ilmu kita bisa menyelami dalamnya lautan tanpa harus basah, dengan ilmu kita bisa merasakan perjalanan Nabi ketika umroh dan haji, dengan ilmu kita bisa berada di seputaran Matahari tanpa harus merasa kepanasan, dengan membaca kita bisa tahu isi perut kita, dan dengan Membaca Kita Bisa tahu dan kenal dengan Dzat yang menciptakan kita Yaitu Allah SWT.
Kalau tidak salah Anggaran yang dihabiskan oleh orang Indonesia untuk membaca / membeli koran hanya 1,9 triliun rupiah setiap tahunnya. Sedangkan anggaran yang dihabiskan oleh orang indonesia untuk membeli rokok sebesar 24 triliun rupiah. hee...ini pembodohan yang luar Luar bisa bukan ??untung saya tidak merokok....hee
Kenapa ayat pertama yang turun adalah Iqro yang artinya baca.? Karena dengan membaca kita akan menamba kemampuan. Berhenti membaca berhenti kemampuan. Sesibuk apapun, mencari ilmu adalah wajib. Saat kita bekerja namun kita tidak mendapatkan ilmu yang baru kita sebenarnya rugi. Karena , masalah bergerak terus, semakin hari masalah semakin bertambah dan variatif serta berkembang cepat. Bagaimana mungkin kita bisa menyikapinya tanpa belajar. Umur semakin bertambah permasalahan semakin kompleks, fisik semakin menurun kemampuannya.
Semuah perubahan itu adalah hukum alam yang tidak dapat dicegah. Sejatinya pertumbuhan usia itu diimbangi dan diringi dengan pertumbuhan dan bertambahnya ilmu. Kalau ilmu tidak bertambah seiring bertambahnya usia dan meningkatnya jabatan maka saya mengibaratkanya seperti “Memakai sepatu ukuran 38 padehal ukuran kakinya sudah 50 ya,,jebol. Kalau pososinya sudah seperti ini maka jangan heran kalau ketemu atasan atau pimpinan ditempat anda bekerja saat atasan tersebut bertemu dengan masalah terkait pekerjaannya ataupun terkait kinerja anggota maupun bawahannya kerjanya hanya marah-marah, bentak sana bentak sini, pukul sana pukul sini Ya, jawabnya karena si atasan atau pimpinan tadi mungkin tidak ada ilmu untuk mengatasinya. Dia tidak punya kemampuan yang cukup untuk menjadi froblem solver di linkungan tempatnya bekerja . mungkin ini adalah salah satu efek karena si atasan tadi tidak mau belajar mengatasi masalah yang sudah sedemikian kompleksnya.